Sejarah Roket sebagai kendaraan Luar Angkasa
Roket adalah wahana luar angkasa, peluru kendali, atau kendaraan terbang, yang mendapatkan dorongan melalui reaksi terhadap bahan fluida dari keluaran mesin roket. Aksi dari keluaran dalam ruang bakar dan nozzle pengembang itu mampu membuat gas mengalir dengan kecepatan supersonik, sehingga menimbulkan dorongan reaktif yang besar bagi roket untuk melaju.
Sejarah mencatat awal pertama kali roket berasal dari bangsa cina sekitar abad ke 13. Penemuan roket ini diawali dengan penemuan bubuk hitam (mesiu) yang secara tidak sengaja ditemukan oleh ahli alkimia Cina pada abad ke-9 ketika sedang mencoba membuat ramuan obat awet muda (elixir of immortality). Ramuan abadi ini terdiri dari garam peter atau KNO3 (kalium nitrat), belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal). Kalium nitrat sudah ditemukan oleh kebudayaan Cina pada pertengahan abad ke-1, dan banyak bukti bahwa penggunaannya dengan belerang banyak dipakai sebagai obat. Ternyata, hasil dari campuran ketiga bahan tersebut merupakan bubuk mesiu yang mudah terbakar.
Militer Cina mendengar tentang bahan peledak ini sehingga banyak di buatkan senjata (rocket dan meriam) dan senjata ledak (Granat dan Bom) untuk melawan Kekaisaran Mongol ketika Kekaisaran Mongol berusaha untuk menghancurkan dan merebut benteng kota di perbatasan Cina Utara. Setelah Kekaisaran Mongol menguasai Cina dan mendirikan Dinasti Yuan, mereka menggunakan teknologi bubuk mesiu Cina saat mencoba menginvasi Jepang. Selain itu mereka menggunakannya sebagai bahan bakar roket. Pada masa perang, mercon berubah fungsi menjadi sarana peluncur panah api. Senjata ini antara lain digunakan tentara China atau Chin Tartar untuk menghalau serangan bangsa Mongolia yang dipimpin Kai Feng Fu pada tahun 1232.
Gambar roket kembang api yang digunakan sebagai senjata oleh militer cina sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Chinese_rocket.png |
Teknologi roket pertama kali dikenal di Eropa ketika pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan menaklukkan sebagian dari Rusia, Eropa Timur, dan Eropa Tengah. Pada waktu itu, pasukan Mongol telah mengenal teknologi roket setelah mengalahkan Cina bagian utara, dan merekrut para pekerja roket di sana sebagai tentara bayaran.
Penyebaran roket ke Eropa juga dipengaruhi oleh Turki Ottoman, ketika mereka mengepung Konstantinopel pada tahun 1453, meski Ottoman sendiri dipengaruhi oleh invasi Mongol beberapa abad sebelumnya. Roket juga mulai menyebar ke Korea pada abad ke-15 dengan hwacha beroda yang akan meluncurkan roket Shin Ki Chon.
hwacha beroda sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia |
Pada akhir abad ke-18, roket juga digunakan oleh pasukan India ketika berperang melawan Inggris. Kemudian, Inggris yang baru mengenal teknologi itu mengambil serta mengembangkannya lebih lanjut pada abad ke-19. Dari situ, penggunaan roket dalam militer pun merebak ke seluruh Eropa.
Sejak itu teknologi roket terus dikembangkan, hingga Robert Goddard menjadikannya semakin efisien, yang lalu diadopsi oleh Wernher von Braun ketika menciptakan roket V-2.
Wernher von Braun, seorang ilmuwan Jerman, berhasil membuat roket jarak jauh pertama, yang disebut V-2 (Vergeltungswaffe 2), pada tahun 1934. Roket V-2 adalah peluru kendali balistik buatan manusia pertama yang bisa mencapai titik sub-orbital di luar angkasa. Roket ini kemudian menginspirasi berbagai roket modern lain, termasuk roket Saturn V yang dipergunakan dalam perjalanan ke bulan.
Pada waktu Perang Dunia II, militer Jerman meluncurkan lebih dari 3.000 roket tipe tersebut untuk membidik pasukan Sekutu, yang mengakibatkan kematian lebih dari 7.000 jiwa dari pihak militer dan penduduk sipil, sedangkan tidak kurang dari 20.000 orang menemui ajalnya di Mittelbau-Dora selama proses pembuatannya.
Setelah Perang Dunia II selesai, von Braun pindah ke Amerika dan menjadi salah satu tokoh NASA.
Roket pada dasarnya adalah mesin untuk alat transportasi seperti mesin jet, diesel, dan lain-lain. Tapi, berbeda dengan mesin transportasi lain, roket bersifat 'anaerob'. Untuk melakukan pembakaran bahan bakar ia membawa oksigen sendiri, sehingga praktis tak membutuhkan oksigen dari luar. Karenanya, roket dapat digunakan sebagai mesin transportasi ke ruang angkasa yang tak beroksigen.
Roket memiliki daya angkut yang luar biasa. Ariane 5, misalnya, dapat menerbangkan 68 orang yang masing-masingnya berbobot 100 kg ke orbit geostasioner. Kecepatan roket juga luar biasa, bisa melewati kecepatan suara, kendati ketika meninggalkan landasan kecepatannya kelihatan rendah. Bila pada detik pertama kecepatannya hanya 12 meter per detik misalnya, maka pada tahap berikutnya roket dapat melaju dengan kecepatan kelipatannya: 24 m/detik, 48 meter per detik, dan begitu seterusnya.
Pada umumnya, roket terdiri dari tiga bagian. Bagian pembawa muatan, pengendali, dan bagian mesin. Bagian pembawa muatan berfungsi untuk mengangkut barang—satelit, objek lainnya, hingga bahan peledak. Bagian pengendali merupakan bagian di mana terdapat peranti untuk mengendalikan roket. Dan, bagian mesin, merupakan bagian di mana terdapat mesin serta bahan bakar roket. Sebagai catatan, mesin roket ini terbagi dalam dua kelompok, tergantung dari jenis bahan bakarnya: cair dan padat.
Mesin roket yang lebih komplek baru diketemukan berabad-abad setelahnya, tahun 1926, oleh periset AS, Robert H. Goddart. Sejak ini, penelitian mengenai roket cair maupun padat banyak dikembangkan. Sebagian ditujukan untuk mesin perang, sebagian lagi untuk alat angkut ke angkasa luar. Roket yang paling terkenal pada saat ini, misalnya, Long March (Cina), Delta, Atlas dan Titan (AS), Ariane (Eropa), dan Proton (Rusia).
sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Roket
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bubuk_mesiu
Comments
Post a Comment